Setiap orang pasti menginginkan memiliki rumah di lingkungan nyaman. Tetapi apa daya saban tahun harga tanah kian mahal. Jadi bagi mereka yang berkantung cekak lebih memilih tinggal di rumah susun. Tetapi bukan seperti di salah satu kota di China ini.
Para penghuni rumah susun di Kota Guiyang, sebelah barat laut Ibu Kota Beijing, China, harus pasrah tinggal tepat di bawah jalan layang. Jaraknya pun sangat mepet, hanya beberapa meter. Alhasil, telinga mereka harus disumpal kapas tiap malam menjelang tidur.
Sebenarnya jalan layang berjuluk Shuikousi lebih dulu dibangun, yakni pada 1997. Panjang 300 meter membelah kota dan menjadi jalur tercepat menuju Bandara Longdongbao. Dua tahun kemudian sepuluh rumah susun didirikan di bawahnya. Pemerintah setempat menyasar para buruh atau pekerja rendahan buat menghuni proyek itu dan menampung warga yang rumahnya digusur.
Beruntung, sejak 2009 pemerintah setempat melarang truk dengan kapasitas besar melewati jalan layang itu. Getaran dan suara berisik kendaraan bermotor pun agak berkurang. Pick-up hanya boleh melintas sore hari. Tetapi, masalah terbesar buat penghuni rumah susun adalah debu terbawa oleh kendaraan bermotor.Kota Guiyang ditinggali empat juta penduduk dan sebagian besar menempati beberapa rumah susun di empat jalan layang utama kota itu. Laju pertumbuhan cepat membuat pemerintah kesulitan menyediakan tempat tinggal bagi warga mereka. Mereka terpaksa membangun rumah susun di beberapa lokasi lahan kosong walau terletak persis di bawah jembatan.
Para penghuni rumah susun di Kota Guiyang, sebelah barat laut Ibu Kota Beijing, China, harus pasrah tinggal tepat di bawah jalan layang. Jaraknya pun sangat mepet, hanya beberapa meter. Alhasil, telinga mereka harus disumpal kapas tiap malam menjelang tidur.
Sebenarnya jalan layang berjuluk Shuikousi lebih dulu dibangun, yakni pada 1997. Panjang 300 meter membelah kota dan menjadi jalur tercepat menuju Bandara Longdongbao. Dua tahun kemudian sepuluh rumah susun didirikan di bawahnya. Pemerintah setempat menyasar para buruh atau pekerja rendahan buat menghuni proyek itu dan menampung warga yang rumahnya digusur.
Beruntung, sejak 2009 pemerintah setempat melarang truk dengan kapasitas besar melewati jalan layang itu. Getaran dan suara berisik kendaraan bermotor pun agak berkurang. Pick-up hanya boleh melintas sore hari. Tetapi, masalah terbesar buat penghuni rumah susun adalah debu terbawa oleh kendaraan bermotor.Kota Guiyang ditinggali empat juta penduduk dan sebagian besar menempati beberapa rumah susun di empat jalan layang utama kota itu. Laju pertumbuhan cepat membuat pemerintah kesulitan menyediakan tempat tinggal bagi warga mereka. Mereka terpaksa membangun rumah susun di beberapa lokasi lahan kosong walau terletak persis di bawah jembatan.