Kamis pagi di Berlin, tidak ada yang istimewa, hanya sekumpulan lelaki dan anak-anak kecil di wilayah pinggiran kota Spielplatz. Balita berlari-lari di taman bermain dan tidak terlihat ibu-ibu mereka di sekitar. Selamat datang di "kebiasaan" baru Berlin - kotanya bapak-bapak rumah tangga.Mereka adalah para lelaki yang dapat menegosiasikan cara mengganti popok, melinting rokok, menulis pesan pendek, dan membuka tutup botol bir.
Sebuah permainan angka
Hampir 30 persen lelaki Jerman mengambil cuti untuk ayah yang baru punya anak. Dan kini semakin banyak yang memilih untuk terus menjadi bapak rumah tangga. Menyadari adanya peningkatan jumlah bapak rumah tangga dan kurangnya infrastruktur yang mendukung mereka, Eberhard Schafer mendirikan Vaterzentrum (Pusat Ayah) di Prenzlauer Berg tahun 2007 - tahun yang sama Jerman meningkatkan sistem tunjangan keluarga yang dibayar per bulan bagi mereka yang memilih untuk mempunyai anak, dan tentunya berkontribusi bagi angka populasi yang terus menurun.
Selain mengkoordinasikan beragam aktivitas ayah dan anak, Vaterzentrum berfungsi sebagai pusat berkumpul para ayah yang membutuhkan kompi penuh empati dengan inisiatif seperti Papa-Cafe yang digelar mingguan.
"Hingga titik tertentu, tekanannya berbeda," jelas Schafer, mengacu pada kesulitan yang dihadapi ayah-ayah baru, kalau dibandingkan dengan para ibu. "Peran bapak rumah tangga adalah peran yang tergolong baru, sementara ibu-ibu telah menjadi pemberi kasih sayang selama berabad-abad - jadi ini butuh untuk dikomunikasikan dan saling berbagi. Apa artinya menjadi seorang ayah? Ini yang menarik bagi kami."
Sebagai bahan pemikiran
Kerap disebut sebagai ibukota baby boom dan gentrifikasi di Jerman, Prenzlauer Berg terletak tepat di atas garis evolusi keluarga Jerman. Nadja Kriependorf mengelola pusat penitipan anak Rauberhohle (dikenal dengan nama Kita di Jerman) menjadi saksi kebangkitan figur ayah baru.
"Menurut saya dalam 4-5 tahun terakhir, merawat anak bukan lagi hanya "tugasnya ibu,"" katanya. "Para ayah memegang peranan yang semakin penting dalam mengasuh anak, dan memegang tanggung jawab sehari-hari dalam berurusan dengan pusat penitipan anak."
Namun pada pertemuan orangtua di sebuah Kita di Berlin baru-baru ini, saat seorang ayah mengusulkan penambahan kontribusi finansial bulanan setiap orangtua agar anak-anak dapat diberikan makanan bio-dinamis, seorang ayah lainnya kontan berdiri, mengangkat kepalan tangan dan menentang keras usulan tersebut. Di saat satu tren mulai diterima, ternyata masih ada tren lain yang belum berhasil menemukan jalan.